Ziyad an-numari ra berkata : ‘ sikap zuhud yang tidak di sertai sikap tawadhu’ maka ia bagaikan sebuah pohon yang tidak berbuah.’. Malik bin dinar ra berkata : ‘ jika ada seruan di pintu masjid:’ hendaknya orang-orang yang buruk diantara kalian keluar.’ Maka aku akan lebih dulu keluar dari orang lain, kecuali dengan keutamaan kekuatan atau usaha.
Ketika ibnu Mubarak ra mendengar perkataan itu, maka ia berkata : ‘ kini malik telah menjadi seorang raja karena ia selalu menundukkan dirinya.
Disebutkan bahwa al-Fudhail ra berkata : ‘ barang siapa yang ingin menjadi seorang yang tenar, maka ia tidak akan berbahagia untuk selamanya.
Disebutkan bahwa Musa ibnul Qasim ra berkata : ‘ketika kami berasa ada gempa bumi dan angin kencang, maka aku pergi menemui Muhammad bin muqatil ra dan berkata : ‘sesungguhnya engkau adalah imam kami, maka mohonkan pada Allah swt bagi kami agar dia tidak menurunkan bencana bagi kami.
Mendengar ucapan ku itu, maka Muhammad bin muqadil ra menangis dan berkata : ‘ semoga aku tidak menjadikan kalian binasa, karena aku melihat nabi Muhammad saw dalam tidurku dan beliau saw betkata : ‘sesungguhnya Allah swt ada kalanya mengangkat kedudukan kalian dengan doa Muhammad bin muqatil.’
Dari Abu al-Fatah bin Syukhruf berkata : ‘ Aku pernah melihat sayyidina ali bin abi thallib ra dalam tidurku. Maka aku berkata : nasehatilah aku.
Kemudia sayyidina Ali ra berkata : alangkah baik nya sikap tawadhu’ orang-orang kaya ketika di majelis orang-orang miskin karena berharap pahala dari Allah swt. Yang lebih baik daripada itu ialah niat baik orang-orang miskin kepada orang-orang kaya, karena mereka percaya kepada Allah swt yang maha besar.’
Abu Yazid ra berkata : siapapun yang mengira bahwa diantara orang lain ada yang lebih buruk dari dirinya maka ia termasuk orang yang sombong.
Ketika ia ditanya : bagaimana cara bersikap tawadhu’ ?
Ia menjawab : jika seorang merasa bahwa dirinya tidak mempunyai kedudukan atau kelebihan apapun. Seorang akan merendahkan dirinya ketika mengenal kemuliaan Allah swt dan mengenal kehinaan dirinya.
Abu Sulaiman ra berkata : andaikata semua orang berkumpul untuk menghinaku, maka mereka tidak dapat mengalahkan diriku ketika aku merasa tidak mempunyai apapun.
Ada seseorang yang berkata : tidak ada seorang yang mulia kecuali seorang yang merendahkan dirinya kepada Allah swt. Tidak ada seorang yang aman kecuali seorang yang takut kepada Allahswt. Tidak ada seorang yang beruntung kecuali seorang yang menjual dirinya kepada Allah swt.
Pada suatu hari jum’at l-Junaid ra duduk di majelisnya dan berkata : bahwa baginda nabi Muhammad saw bersabda yang artinya : kelak di akhir masa yang akan menjadi pemimpin sekelompok orang adalah orang yang paling hina.
Amru bin Syaibah ra berkata : ketika aku berada di mekkah diantara shofa dan marwah, maka aku melihat seorang yang mengendarai kudabaghlah miliknya sedangkan di hadapan nya terdapat sejumblah anak kecil yang mengusir orang banyak untuk member jalan bagi tuan nya itu.
Setelah aku memasuki kota Baghdad tiba-tiba aku melihat seorang yang tidak memakai sandal, karena aku mengeira orang itu adalah orang yang pernah aku lihat di antara bukit shafa dan marwah, maka ia bertanya kepada ku : mengapa engkau melihatku seperti itu ?
Aku menjawab : aku pernah melihatmu di kota mekkah ketika engkau menaiki kuda bahglah dan para pelayan mu mengusir orang banyak agar engkau dapat berjalan. Lalu ia menjawab : memang orang itu adalah aku. Aku bertanya : apa yang dilakukan Allah swt terhadap dirimu ? ia menjawab : aku merasa sombong di tempat yang seharusnya manusia merendahkan dirinya kepada Allah swt, maka Allah swt menghinaku dan Allah swt mengangkat orang lain menjadi mulia.
Al-mughirah ra berkata : kami meras segan terhadap Ibrahim anNakha’i, bahkan lebih segan kepada nya daripada kepada seorang penguasa. Lalu ia berkata : sesungguhnya pada suatu waktu aku dikenal sebagai seorang ahli fiqih di kota kuffah dan pada waktu adalah waktu yang buruk.
Atha’as-sulami ra jika mendengar suara halilintar, maka ia berdiri kemudian ia duduk seraya berkata : mungkin dari keburukan diriku ada seorang yang terkena musibah. Sungguh andaikata Atha’ meniggal dunia, maka orang lain merasa senang.
Sumber : terjemhan kitab al-qabas an-nuur al-mubiin min ihya’ ulumuddin
Disini banyak sekali contoh orang yang hebat dalam merendahkan dirinya dan merasa dirinya paling hina, contoh nya adalah Atha’as-sulami, dan ada juga contoh dari orang yang sombong dan akhirnya orang yang sombong itu mendapatkan balasan dari perbuatan nya itu, sudah seharusnya kita sebagai orang muslim memiliki sifat tawadhu’ ini, yang terpenting adalah kita terus mencoba nya agar bisa benar-benar memiliki sifat tawadhu’ ini dan menjauhkan sifat sombong dari diri kita.
Show comments
0 Komentar untuk : Pengertian dan keutamaan sifat tawadhu bagian 2