“tidaklah seseorang memperbanyak memafkan kesalhan orang lain melainkan Allah swt menambahkan kemuliaan disisinya dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya karena Allah swt melainkan Allah swt akan meninggikan kedudukan nya disisinya. (Hr Muslim hadist no 2588)”
Diriwayatkan bahwa Allah swt pernah menurunkan wahyu kepada nabi Allah Musa as : ‘sesungguhnya aku hanya akan menerima sholat seseorang yang merendahkan dirinya pada kebesaranku dan ia tidak menyombongkan dirinya di hadapan makhluk ku. Ia selalu merasa takut di hatinya, sehingga ia mengisi waktu siang nya dengan mengingat-ku dan ia mengendalikan hawa nafsunya demi karena aku’
Nabi Isa as berkata : ‘sungguh sangat beruntung bagi seseorang yang merendahkan dirinya ketika di dunia, mereka akan di tempatkan di atas mimbar pada hari kiamat. Sungguh sangat beruntung bagi orang-orang yang mendamaikan 2 orang yang bermusuhan ketika di dunia, mereka akan mewarisi surge firdaus pada hari kiamat. Sungguh sangat beruntung bagi seseorang yang selalu membersihkan dirinya ketika di dunia, mereka akan di persilahkan melihat Allah swt pada hari kiamat’.
Sayyidina Umar ra berkata : ‘sesungguhnya jika seseorang menundukkan dirinya karena Allah swt, maka Allah akan mengangkat derajatnya.’ Ia berkata juga : ‘hendaknya engkau merendahkan dirimu agar Allah swt mengangkat derajatmu. Jika seseorang menyombongkan dirinya, maka Allah swt akan menghinakan dirinya ketika di dunia.
Kemudia Sayyidina Umar ra juga berkata : ‘jika engkau memperburuk perilakumu, maka Allah swt akan memperburuk dirimu yaitu ketika dirimu merasa sombong, tetapi di mata orang lain engkau termasuk orang yang paling hina, bahkan menurut mereka engkau lebih hina dari seekor babi.’
Jarir bin Abdillah ra berkata : ‘aku pernah berdiri di sebuah pohon yang di bawah nya ada seseorang yang sedang duduk dan ia bernaung di bawah pohon itu. Setelah matahari tidk panas lagi, maka aku menutupi diri orang itu, sehingga ia terganggu dengan tidurnya dan aku temukan dirinya adalah Salman al-Farisi ra. Maka aku berkata : ‘mengapa engkau berbuat begini ?’ maka Salman ra menjawab : ‘wahai jarir, aku sengaja berbuat begini karena aku sengaja untuk merendahkan diriku ketika di dunia, karena siapapu yang merendahkan dirinya ketika di dunia, maka Allah swt akan mengangkat kedudukan nya pada hari kiamat. Wahai jarir, tahukah engkau apa yang dimaksud dengan gelapnya api neraka pada hari kiamat?’
Aku menjawab : ‘tidak tahu.’
Salman al-farisi berkata : ‘kedzailman sebagian orang kepada yang lain ketika di dunia.’
Sayyidina Aisyah ra berkata : ‘mungkin kalian lalai bahwa seutama-utama ibadah adalah merendahkan diri karena Allah swt.’
Disebutkn bahwa al-Fudhail ra pernah ditanya tentang arti tawadhu’.
Ia menjawab : ‘arti tawadhu’ adalah ketika engkau tunduk dan mengikuti kebenaran. Andai kata engkau mendengar kata-kata yang benar dari seorang anak kecil pasti engkau akan mencium nya, meskipun engkau mendengarkan kata-kata kebenaran dari orang yang paling bodoh pasti engkau akan mencium nya.’
Qatadah ra berkata : ‘ barang siapa yang di beri banyak harta atau ketampanan atau pakaian atau ilmu, kemudian ia tidak merendahkan dirinya, maka kesombongan nya akan membawa derita tersendiri baginya pada hari kiamat kelak.
Allah swt menurunkan wahyu kepada nabi Isa as : ‘ jika aku member karunia lalu engkau menyambutnya dengan senang hati, maka aku akan menyempurnakan karunia-ku bagimu.’
Ka’ab berkata : ‘ tidaklah Allah swt member karunia kepada seorang pun kemudian ia mensyukuri karunianya itu dan ia merendahkan dirinya di hadapan Allah swt melainkan Allah swt akan memberinya kebaikan di dunia dan kedudukan di akhirat. Tidaklah Allah swt member karunia kepada seorang hamba dan ia tidak mensyukurinya dan ia tidak merendahkan dirinya melainkan karunia itu akan membawa kebinasaan bagi dirinya ketika di dunia dan akhirt kelak mungkin Allah swt akan menyiksanya atau mungkin pula akan memaafkan nya.’
Sulaiman bin Daud as berkata : ‘ jika pagi hari telah tiba maka wajah orang-orang kaya dan orang-orang mulia akan terlihat bergembira sampai ketika salah satu orang miskin mendatanginya untuk meminta pertolongan kepada nya, maka ia berkata : ‘orang miskin harus duduk bersama dengan orang miskin.’
Pada suatu hari Yunus, Ayyub dan al-Hasan sedang membicarakan tentang arti tawadhu’. Maka al-Hasan berkata : ‘ arti tawadhu adalah ketika engkau keluar dari rumah mu dan tidaklah engkau bertemu dengan seorang muslim melainkan engkau anggap bahwa ia lebih mulia dari dirimu.’
Ketika Yunus bin Ubaid turun dari padang arafah, maka ia berkata : ‘ aku tidak lagi ragu adanya rambut andaikata aku sedang berada di tengah-tengah orang miskin dan aku takut mereka bubar akan kedatanganku.’
Sumber terjemhan kitab al-qabas an-nuur al-mubiin min ihya’ ulumuddin
Sudah sangat jelas di terangkan di atas bahwa sifat tawadhu’ akan bisa meningkatkan derajat kita kelak di hari kiamat, mari kita perhatikan kata2 di atas yang di garis bawahi dari Sayyidina umar kita harus merendahkan dirikita di hadapan makhluknya lebih lebih di hadapan allah swt agar tinggi derajat kita di akhirat kelak, bukan hanya di akhirat saja di duniapun Allah akan meniggikannya.
Sudah banyak contoh dari perkataan di atas yang seharusnya menjadikan dirikita memiliki sifat tawadhu’ selalu bersyukur dan rendah diri. Mari kita sama2 berusaha agar selalu bisa tawadhu’. Lawan nya dari sifat tawadhu’ adalah sombong, dan kesongbongan bisa muncul dari banyak ya harta kita, ketampanan yang kita miliki, pakaian yang kita miliki, keahlian yang kita miliki atau ilmu yang kita miliki, di harapkan hati2 dengan hal-hal di atas karena akan mendorong kita ke sikap sombong yang merupakan kebalikan dari sifat tawadhu.
0 Komentar untuk : Pengertian dan keutamaan sifat tawadhu’ bagian 1